- Back to Home »
- Dunia Islam , Korsel »
- PERADABAN TKI (1)
Posted by : Alamin Rayyiis
Jumat, 10 Agustus 2018
(Historical View)
Dalam sejarah Islam kita mengenal Dinasti Mamluk/Mamalik. Mamluk
secara bahasa adalah budak. Mereka adalah orang-orang ‘ajam (non arab) berasal
dari Kaukasus dan Laut Kaspia yang direkrut menjadi prajurit, asisten rumah
tangga dan para pekerja. Mereka merupakan rekrutmen dinasti Ayyubiyah.
Beberapa prestasi sekaligus prasasti yang ditorehkan oleh
Mamalik, khususnya di bidang militer, adalah kegagahan benteng Qaitbay yang
terletak di pantai Alexandria (Laut Mediterania/Laut Tengah/ al-Bahrul Abyadh al-Mutawasith).
Benteng itulah yang menghalau pasukan Tatar saat merengsek ke jazirah Arab
(benua Afrika Utara), di waktu yang sama jazirah Arab bagian Syam porak-poranda
karena ulah pasukan Mongol tersebut. Ibnu Taimiyah menjadi saksi hidup
hancurnya Homs dan kota-kota lain di bumi Syam. Bahkan beliau mencatat
keganasan fighting orang-orang mongol, dimana satu prajurit Mongol melibas
puluhan prajurit muslim. Mungkin kita bisa membayangkan Doni Yen, Jet Li dan
Jackie Chan kala beraksi J.
Kisah Mamalik di atas bisa kita jadikan gambaran bagaimana
kemulian Islam bisa menjadi power dan kebangkitan bagi kasta rendah seperti Mamalik.
Maka benar bahwa la fadhla li arabiyyin ala a’jamiyyin illa bit taqwa. Takwa
adalah infinity stone yang menjadikan siapapun yang bisa menguasainya maka ia
bisa menguasai dunia. Salam Avengers :P.
Kemudian mari kita melihat sejarah tentang masuknya agama
Islam ke Indonesia. Ada yang mengatakan teori pedagang Gujarat. Dalam teori
tersebut dikatakan bahwa para pedagang Gujarat lah yang membawa ajaran Islam ke
pesisir-pesisir pantai di tanah Jawa, dipilih pantai karena moda transportasi
lintas benua kala itu adalah kapal. Maka, bisa dibilang daerah yang menjadi
pusat keramaian adalah daerah-daerah dengan pantai yang menjadi pusat
perdagangan internasional.
Teori lainnya ada yang menyebutkan Islam dibawa oleh rombongan pasukan laksamana Cheng Ho dari China. Teori lainnya mengatakan Islam dibawa langsung oleh pelayar Arab era Utsman bin Affan ra. Teori Islam Arab ini dikuatkan oleh diadakannya armada atau angkatan laut sejak Khalifah Utsman bin Affan, beliau mengakomodir ide Muawiyah bin Abi Sufyan yang ketika itu masih mentah di era Khalifah Umar bin Khathab. Salah satu keunikan kedua khalifah tadi adalah cara pandang ‘penempatan’ sahabat di teroterial Makkah-Madinah dan luar teritorial.
Maka agama Islam ini, dibawa oleh siapa, kemana saja ia bisa
dibawa, bagaimana membawanya, dan pertanyaan-pertanyaan lain sebagainya bisa
kita tadaburi melalui sejarah Islam seperti di atas.
Islam bisa mengangkat derajat individu seorang budak misal Bilal bin Rabah, maka Islam sangat mampu membalikan derajat komunitas budak/prajurit belian menjadi orang-orang yang dimuliakan. Orang-orang Mamalik berubah menjadi raja, panglima, qadhi, cendekiawan lantaran nilai-nilai agama Islam. Para pedagang, pelancong, musafir dan lain sebagainya juga kompatibel (sekaligus harus kapabel) untuk mengenalkan Islam di belahan dunia lain. Khususnya di era sekarang, saat Islam menjadi objek bullying internasional.
Teman-teman kita yang berprediket sebagai Pahlwan Devisa,
TKI yang di Korsel, tentu sangat layak mendapat maqam yang sama dengan Mamalik,
atau bahkan lebih. TKI kita di Korsel, walaupun mereka rata-rata tamatan SMA
sederajat, tapi sebelum ke negara gingseng ini mereka sudah dibekali dengan
bahasa korea dan skill terapan tertentu. Bahkan di Indonesia di antara mereka
juga pernah nyantri di pondok-pondok tradisional, sebagiannya malah ada yang
pondok modern. Ini bila kita berbicara tentang TKI dengan visa E-9. Para pekerja
di pabrik-pabrik umum, bukan samsung, Lotte, LG atau pabrik-pabrik papan atas.
Selain TKI dengan spesifikasi di atas ada juga TKI dengan
grade yang lebih, mereka bekerja di pabrikan ternama dan mempunyai jabatan
strategis. Lebih dari itu ada juga mahasiswa-mahasiswa yang melanjutkan studi
mereka di Korsel, misal Hubungan Internasional.
Secara karakteristik dan budaya kedisiplinan Korsel juga
mendukung untuk menjadikan TKA sebagai manusia merdeka seutuhnya. Pada bab
tersendiri, kita harus berkaca tentang Korsel yang meladeni para TKA-nya dengan
lebih baik ketimbang negara-negara timur tengah. Hal ini mempunyai efek positif
dan signifikan untuk membentuk pribadi dan etos kerja unggulan bagi TKA. NOTED.
Secara kemampuan finansial jangan tanya. Dengan UMR saja, setelah dikurangi biaya kehidupan, mereka masih bisa save uang 10 juta perbulan. Kesimpulan sementara saya, setelah urusan kerja dan keuangan beres, mereka bisa dibentuk untuk menjadi the new some one or something.
Dan tentu, dengan berkaca pada kisah masuknya Islam ke
Nusantara, maka kita tidak perlu underestimate kepada teman-teman TKI kita. Bila
Islam tersebut bisa dibawa para pedagang, saudagar, pekerja, prajurit dan lain
sebagainya, maka tidak menutup kemungkinan negara dengan mayoritas
Ateis-Kristen-Budha tersebut bisa mengenal cahaya Islam.
#razmi-konsep
#peradabanTKI
#tkiKorsel