- Back to Home »
- Ruhaniyat »
- Menjaga Semangat Hidup
Posted by : Alamin Rayyiis
Kamis, 12 Maret 2015
Masih ingatkah
tentang mahakarya Kang Abik tentang novel megabestseller Ayat Ayat
Cinta? Di cover-cover terbitan selanjutnya beberapa novel beliau selalu
distempel dengan ‘Penggugah Jiwa’. Bahkan beberapa novelis lain ketika
menerbitkan sebuah karya dengan genre motivasi islami juga dibubuhi jimat
penglaris yang sama; ‘Penggugah Jiwa’. Apa sebenarnya yang terjadi dengan jiwa
sehingga ia butuh digugah? Pernahkah jiwa mengantuk lantas tertidur, atau
bahkan mati sebelum saatnya tiba? Wal’iyadzu billah.
Hampir semua hal
yang berkaitan dengan karakter atau sifat abstrak (spirit) manusia mempunyai
tingkatan-tingkatan yang berbeda, bahkan tidak luput dari deraan fluktuasi
bertambah dan berkurang. Sepertihalnya iman yang dijadikan pondasi awal, ia pun
terkena sindrom bertambah dan berkurang; yazdâd bi thâ’ah wa yanqush bil
ma’shiyah. Takut dan berani, sedih dan bahagia, minder dan bangga atau
sifat abstrak lainnya mempuyai siklus dan fluktuasi yang berbeda antar manusia.
Bisa jadi suatu kejadian menjadikan seseorang sedih, tapi di waktu lain,
kejadian yang serupa ternyata sama sekali tidak menjadikannya gundah gulana,
jiwanya telah berevolusi.
Semangat Hidup
Harus Dijaga. Karena semangat sama dengan sifat abstraksi manusia lainnya,
kadang naik di zenith teratas dan kadang turun di nadir terendah atau bahkan
mati di tengah kehidupan. Semangat seseorang berbeda dengan orang lainnya dan
semangat seesorang berbeda dari waktu ke waktu. Misal sederhana, seorang santri
akan semangat belajar di kelas ketika menu pagi hari adalah ikan tuna, bagi
santri lain hal itu dianggap biasa, karena semangat belajar di kelasnya lebih
pada mata pelajaran favorit yang akan diajarkan oleh gurunya. Ketika seseorang
mendengar iqra’ bismi rabbikalldzi khalaq maka ia akan semangat
mengambil mushaf dan mentadaburinya, tapi bisa jadi di lain waktu ketika
mendengar lantunan ayat yang sama ia belum bisa menggerakan semangat
tilawahnya.
Orang yang patah
semangat dalam hidupnya biasanya dipengaruhi oleh faktor dalam jiwanya sendiri
maupun faktor dari luar.
Perasaan bersalah. Sebenarnya, merasa bersalah adalah
sikap yang positif, karena dengan sikap itu seseorang mudah untuk bermuhasabah
dan introspeksi diri. Sensitifitas jiwanya mengarahkan kepada kehati-hatian
dalam bertindak, terlebih ketika ia berbaur bersama banyak orang dan
berinteraksi dengan orang-orang yang beragam karakternya. Akan tetapi, perasaan
bersalah akan menjadi boomerang bagi
kita sendiri bila segala sesuatunya dimaknai secara berlebihan. Bila demikian,
maka yang lahir bukan lagi instrospeksi diri tapi perasaan inferior atau rendah
diri yang pada akhirnya menjadikan seseorang tersebut lemah semangat dalam
menjalani hidup. Lebih bahaya lagi bila timbul perasaan berdosa tetapi malah
membuatnya tidak berbuat apa-apa, serta menganggap bahwa jatuh dalam dosa
adalah titik awal untuk sekaligus berbuat dosa selamanya.
Sedangkan faktor
luar yang bisa menggerus semangat hidup kita adalah adanya ‘orang lain’. Dunia
bukan hanya dihuni oleh Anda sendiri, ada dia dan mereka, kamu dan kita,
semuanya mempunyai peluang untuk berkompetisi, memunculkan kebaikan
masing-masing, maka di saat itulah seharusnya semangat hidup kita lebih
terpacu, karena semakin kita bergerak maka jantung kita pun semakin berdetak.
Bagi mereka yang menyukai pergerakan, momen inilah yang justru memunculkan
hal-hal yang luar biasa. Adanya ‘the other’ dalam hidup jangan lantas merasa
bahwa rumput tetangga lebih hijau, tapi katakan kepada diri bahwa rumput kita
lebih berwarna.
Tidak ada kata
terlambat untuk jiwa yang sedang lesu, tertidur atau mati. Karena selama ruh
dan jasad kita masih menyatu, maka di setiap detik terdapat kesempatan kedua
untuk memulai langkah-langkah baru. Kenapa demikian?
(SATU) Kamu Terlahir
Dengan Modal Sempurna. Kehidupan adalah anugerah Allah swt., dalam surat Shod:
72 dan al-Hijr: 29 Allah berfirman “Maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan Aku telah meniup kan kedalamnya ruh(ciptaan)-Ku, maka
tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” Sempurna fisik, sempurna jiwa.
Dengan modal yang demikian agung yang kita dapatkan dari
Allah swt. maka tidak ada alasan bagi kita untuk menyianyiakan kehidupan di
dunia, apalagi dihamparkannya bumi bagi manusia lagi-lagi untuk menerima bonus
lain yang lebih besar, kekal di surga
adalah impian kita. Namun demikian, bukan manusia bila tidak terkena sindrom nisyân
alias lupa. Begitu banyak untung yang didapat ternyata segera sirna hanya
karena sedikit cobaan dan ujian yang melanda. Maka futur (lemah semangat)
mendera, semangat untuk hidup pun sirna.
Ingatlah selalu modal terbesar yang telah diberikan Allah padamu, niscaya
jiwamu berkobar laksana pasukan Badar bersama junûdun lam tarauhâ.
(DUA) Mudamu Hanya
Sekali. Siklus hidup manusia secara global hanya ditentukan dengan tiga masa;
anak, dewasa dan tua. Bila kita timbang dari segi kekuatan jasad dan
kesemangatan jiwa maka tiga masa itu adalah; lemah, kuat dan kembali lagi
menjadi lemah, hal itu sebagaimana termaktub dalam surat ar-Rûm ayat 54,
artinya masa kuat hanya dijatah sekali seumur hidup. Bukan tanpa alasan kenapa
Roma Irama menyanyikan lagu dengan judul Darah Muda, karena periode itu adalah
satu-satunya masa dimana Allah menitipkan kekuatan-Nya kepada manusia. Dengan
kekuatan itu Pemuda Usamah bin Zaid memimpin pasukan, Muhammad al-Fatih membuka
Konstantinopel dan Ashabul Kahfi yang teguh mempertahankan iman.
(TIGA) Allah
Menimbang Proses Beramal, Bukan Sekedar Hasil Akhir. Bukankah Allah menegaskan
dalam kitab suci bahwa, tidaklah manusia akan mendapatkan kecuali dengan kadar
amalnya? Dan di akhirat kelak tidak ada balasan bagi amalnya kecuali kesempurnaan
baginya. Tidak peduli berapa kali terjerembab maka bangkitlah untuk kemudian
melangkah dan mencoba lagi. Untuk apa kita meratapi kegagalan masa lampau bila
usaha untuk mewujudkannya saja sudah dihitung pahala. Hidup terlalu mubadzir
untuk tidak bermimpi, dan langkah tepat untuk mewujudkan mimpi adalah bekerja
untuk membangunnya. Selama hidup di dunia maka selama itu juga kita jaga
semangat bekerja. Karena ad-Dunya dârul ‘amal wal akhiratu dârul jazâ’; Dunia
adalah negeri para pekerja dan akhirat adalah negeri mendulang pahala.
Dulu saya tidak bersemangat. Tapi sejak membaca blog ini saya makin semangat. Terima kasih!
BalasHapusgo.blog brother... terus menulis, terus berbagi, kita akan saling mengenal dengan tulisan2 ini....
BalasHapus