- Back to Home »
- Ruhaniyat »
- Terkabulnya Doa Karena Memuliakan Orangtua
Posted by : Alamin Rayyiis
Selasa, 06 Januari 2015
Dalam kitab hadits Riyadhus Shalihin terdapat kisah yang sangat masyhur
di kalangan kita. Kisah tentang 3 orang musafir yang tertimpa hujan hingga
kemudian mereka mendekam dalam sebuah gua, ketika mereka memasuki gua tersebut
tiba-tiba saja pintu gua tertutup oleh batu besar, tidak ada jalan keluar
kecuali dengan pintu yang telah terkunci tadi. Secara logika tidak mungkin
mereka bisa keluar hanya mengandalkan fisik mereka, batu tersebut terlalu besar
dan sangat berat, tangan mereka tidak berdaya untuk mengalihkan atau bahkan
menggeser batu itu, mereka tahu hanya ‘tangan’ Allah yang mampu memindahkan
batu tersebut.
Sejurus kemudian mereka bermunajat, masing-masing berdoa sembari
berwasilah dengan amal sholih yang menurut mereka adalah amalan yang paling
baik yang pernah mereka kerjakan.
Orang pertama berdoa sembari mengungkapkan kisah kebaktiannya kepada
kedua orang tuanya. Ia bersimpuh sembari bertutur kehadirat Allah. Ia mengaku
sebagai orang yang sangat berbakti kepada orangtua, ia selalu mendahulukan
orangtua dalam segala hal seperti memberi makan dan minum, bahkan ia
mengakhirkan istri dan anak-anaknya. Ia benar-benar menjaga tradisi
‘mendahulukan orang tua’ daripada siapapun.
Suatu ketika orang tersebut memeras susu ternaknya untuk diberikan
kepada ayah ibunya, hal itu rutin ia lakukan. Setibanya di rumah, ia mendapati
kedua orangtuanya telah terlelap, di waktu yang sama keluarganya juga
membutuhkan dua gelas susu tersebut, tapi ia tetap bersikukuh menunggu
orangtuanya terbangun agar merekalah yang pertama kali meminum susu perahannya.
Malam berlanjut, tanpa ia sadari fajar telah menyingsing dan ia masih saja
menggenggam dua gelas susu itu. Setelah orangtua itu bangun barulah anak itu
memberikan susu kepadanya dan sisanya baru ia berikan kepada keluarga lainnya.
Tibalah orang kedua bermunajat sembari berwasilah dengan amal sholih
berupa meninggalkan perzinahan di detik-detik ia akan melakukan kemungkaran
tersebut. Sedangkan orang ketiga berwasilah dengan amal sholih berupa menjaga
upah seorang buruh sekalipun setelah sekian lama buruh tersebut meninggalkannya
dan kembali lagi untuk mengambil jatah upahnya yang sudah berubah menjadi hasil
investasi berupa ternak-ternak dan gembala yang sangat banyak.
#####
Tahukan anda sosok yang bergelar ‘Terkenal di Langit, Tidak Terkenal di
Bumi’? Julukan itu dipopulerkan pertama kali oleh Nabi Muhammad saw. di hadapan
para sahabat, utamanya Umar bin Khathab dan Ali bin Abi Thalib. Dan siapakah
gerangan orang yang dijuluki gelar tersebut? Beliau adalah Uwaisy al-Qarni dari
Bani Murad, Yaman. Beliau adalah seorang mukhadhram sekaligus tabi’in.
dikatakan mukhadhram karena ia adalah seorang muslim yang hidup di masa
Rasulullah akan tetapi tidak sempat bertemu langsung dengannya, ia hanya
berkesempatan bertemu dengan sahabat-sahabat Rasulullah, karena itulah ia juga
dikategorikan sebagai tabi’in. Secara level mukhadhram adalah maqam
pertengahan; di bawah sahabat tapi di atas tabi’i. Maka tak heran dalam sebuah
atsar beliau juga dijuluki Pemimpin Tabi’in.
Terkenal di langit, tidak terkenal di bumi. Terkenal di langit karena
ia adalah sosok yang doanya pasti terkabul, seolah-olah langit tidak bisa
lagi membatasi antara permintaanya
dengan Allah swt. Ia tidak dikenal di bumi karena ia hidup terabaikan di tengah
keramaian. Kenapa bisa demikian?
Hampir seluruh hidup Uwaisy al-Qarny diabdikan untuk ibunda tercinta,
ayahnya meninggal sejak ia kecil, maka jadilah ia tulang punggung yang menghidupi
ibunya. Suatu ketika sang ibu meminta agar dia mengantarnya pergi ke Makkah
guna menunaikan ibadah haji. Uwaisy sadar keluarganya adalah keluarga yang
tidak mampu, sekedar kebutuhan harian seperti papan, sandang dan pangan pun sulit
ia penuhi, ia adalah sosok yang terabaikan karena terlampau miskin, oleh karena
itu ia dikenal dengan ‘Tidak dikenal di bumi’.
Namun demikian, tuntutan ibunya pun ia laksanakan dengan susah payah
dan persiapan yang panjang, Uwaisy al-Qarni dengan kedua tanganny menggendong
sang ibu dari Yaman menuju Makkah hingga kembali ke Yaman lagi. Setelah pulang
ke Yaman, ibunya bertanya: “Uwais, apa yang kamu doakan sepanjang kamu berada
di Mekah?” Uwais Al-Qarni menjawab: “Saya berdoa minta supaya Allah mengampuni
semua dosa-dosa ibu”. Ibunya bertanya lagi: “Bagaimana pula dengan dosa kamu?” Uwais
Al-Qarni menjawab: “Dengan terampuni dosa ibu, ibu akan masuk syurga. Cukuplah
ibu ridho dengan saya, maka saya juga masuk syurga.”
Ibunya berkata lagi: “Ibu inginkan supaya engkau berdoa agar Allah
hilangkan sakit kustamu ini.” Uwais Al-Qarni berkata: “Saya keberatan untuk
berdoa kerana Allah telah menakdirkannya padaku. Kalau tidak ridho dengan
kejadian Allah, saya takut tidak bersyukur dengan Allah Ta’ala.” Ibunya
menambah: “Kalau ingin masuk ke syurga, mesti taat kepada perintah ibu. Ibu
perintahkan engkau berdoa.” Akhirnya Uwais Al-Qarni tidak ada pilihan melainkan
mengangkat tangan dan berdoa. Beliau lalu berdoa seperti yang diminta oleh
ibunya supaya Allah menyembuhkan kusta tersebut. Tetapi Uwais meminta satu
tanda di lengannya berupa bekas kusta, dan hal inilah yang oleh Rasulullah
dijadikan tanda, dan di kemudian hari tanda inilah yang meyakinkan Umar dan Ali
saat mencarinya agar keduanya didoakan oleh sosok yang Terkenal di Langit
tersebut.
#####
Mari sejenak berkaca pada kisah-kisah penuh hikmah, kisah kebaktian
antara anak dengan kedua orangtua. Bahwa sepanjang zaman akan selalu ada drama
kehidupan yang memberikan pelajaran moral, drama dengan genre ‘based on true
story’, dilatar belakangi kisah nyata; al-haq. Kisah Musa yang masih bayi dan
dihanyutkan ibunya di sungai, Kisah Isa yang sejak kecil digendong Maryam
alaihassalam, sambil menahan fitnah keji masyarakat, ia mencari tempat teduh
yang menawarkan kedamaian. Kita juga tidak akan lupa kisah pengorbanan yang
sampai saat ini kita peringati sebagai Hari Raya Idul Adha; Hari Raya
Pengorbanan, berkisah tentang ketaatan anak kepada bapak serta keikhlasan
makhluk kepada khaliq.
#Outline qashash;
- Kisah 3 orang terjebak gua …
- Kisah Uwais al-Qarni
- Seorang sahabat membatalkan jihad karena
merawat ibu
- Kisah ibu Musa, Isa, Muhammad, Ismail.